Rabu, 11 Juli 2012

laporan agroklimatologi


I. PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
          Stasiun meteorologi pertanian adalah suatu tempat yang mengadakan pengamatan secara terus menerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan(atmosfer) serta pengamatan tentang biologi dari tanaman dan obyek pertanian lainnya. Koordinasi secara luas mengenai pengumpulan dan pengelolaan data meteorologi dilakukan oleh World Meteorology Organization (WMO). Data cuaca dan tempat-tempat berlainan baru dapat diperbandingkan apabila melalui cara pengukuran dan tingkat ketelitian serta ketepatan yang sama.Kaseragaman yang dibutuhkan untuk pertukaran data secara internasional meliputi:
a.    waktu pengamatan,
b.     satuan anasir cuaca,
c.    ketelitian
d.    ketepatan alat
e.    penentuan letak stasiun.
           Stasiun Meteorologi Pertanian (SMP) adalah suatu tempat untuk
melaksanakan pengamatan secara teratur tentang keadaan.
1.1.1.      Pentingnya Klimatologi dan Meteorologi
              Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari karakteristik iklim antara suatu wilayah atau daerah tertentu. Informasi klimatologi dapat digunakan sebagai paraduga atau mengetahui keadaan suatu kelembaban udara, intensitas cahaya, curah hujan, dan angin pada suatu wilayah atau daerah pada waktu tertentu.
Klimatologi dan meteorologi dalam pertanian sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia dan organisme lain yang hidup di muka bumi ini, pentingnya untuk pertanian adalah intensitas radiasi dari lama penyinaran surya, suhu, kelembaban udara dan tanah, curah hujan, penguapan dan angin. Klimatologi dan meteorologi pertanian hakekatnya dapat mengukur atau setidaknya dapat menaksir hubungan alamiah antara iklim, tanah, air, dan tanaman.
                                      Untuk memahami sifat iklim, dinyatakan sebagai rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama, diperlukan kegiatan penelitian lebih banyak lebih dari sekedar data statistik. Data statistik memang penting akan tetapi hanya merupakan bahan mentah dengan pengertian harus mendapatkan pengolahan lebih lanjut agar benar-benar dapat mendekati pengrtian yang sebenarnya. Pengertian yang demikian ini hanya akan timbuh penyelidikan yang teliti terhadap data tersebut, yang selanjutnya dari perumusan hipotesis yang menerangkan hasil pengamatan. Semuanya merupakan suatu pemeriksaan eksperimental dalam suatu rangkaian yang terus-menerus. Pada akhirnya akan timbul suatu gambaran yang memadai yang berlainan dari kumpulan angka belaka.

1.1.2.   Peranan iklim terhadap tanaman
Cuaca dan iklim merupakan salah satu sumber daya alam, yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai bidang (pertanian dalam arti luas, pembangunan, pengairan, kesehatan masyarakat, dan sebagainya.
Pada bidang pertanian cuaca  dan iklim merupakan salah satu persyaratan lingkungan, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, produksi tanaman dan ternak. Pengaruh tersebut dapat bersifat langsung ataupun tidak langsung dan bahkan pengaruh cuaca atau iklim akan berbeda pada setiap fase pertumbuhan tanaman, misalnya untuk tanaman padi sawah dikenal adanya fase-fase perkecambahan, pertumbuhan bibit, pertumbuhan vegetatif aktif, pembungaan dan fase pemasakan. Oleh karena itu cuaca dan iklim dapat berpengaruh mulai dari benih ditanam sampai tanaman dipanen bahkan sampai di tempat penyimpanan.
1.2. Tujuan Praktikum
            Tujuan diadakannya praktikum adalah :
1.        Mahasiswa dapat Mengenal dan megetahui semua alat-alat yang terdapat di Stasiun Klimatologi kelas I Maros.
2.        Mahasiswa bisa Memahami fungsi-fungsi dan bagian-bagian alat  yang digunakan.
3.        Mahasiswa dapat mengetahui cara-cara kerja dari masing-masing alat yang digunakan bagi pertanian.
4.        Selain dari pada itu dengan dilakukannya praktek lapang ini maka akan sangat berperan dalam menambah wawasan dan pengetahuan.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.       SEJARAH BERDIRINYA STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I MAROS
Di Indonesia stasiun Klimatologi didirikan pada tahun 1841 oleh Dr.ONNEAL kepala rumah sakit di Bogor yang dulu namanya Meteorologi Geofisika (BMG) dan tempatnya di Bogor. Sedangkan Stasiun Klimatologi kelas I Maros didirikan 1972, di daerah Antang, Panakkukang Makassar, tetapi pada tahun 1988 dipindahkan ke daerah Maros karena lokasi tersebut digunakan oleh Departemen lain sehingga Stasiun tersebut dipindahkan ke Kabupaten Maros dan diresmikan sendiri oleh Kepala Balai yang sekarang di bawah kendali Bapak Pesoth Daniel. Stasiun klimatologi ini ditempatkan di Maros karena tempatnya berdekatan dengan lahan pertanian, sehingga mudah melakukan pengamatan terhadap perubahan cuaca dan iklim di suatu wilayah.
Adapun tujuan didirikannya Stasiun Klimatologi Maros adalah :
1.         Untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara cuaca dan iklim pada lokasi pertanian yang luas.
2.         Membantu instasi-instasi lain dalam menentukan kebijakan pengembangan pertanian di wilayah tersebut.
3.         Melayani masyarakat akan kebutuhan iklim dan cuaca untuk keperluan pertaniaan.


2.2.            KLASIFIKASI STASIUN KLIMATOLOGI PERTANIAN
2.2.1.           Stasiun Meteorologi Pertanian Utama (SMPU)
Stasiun ini mempunyai tugas dan fungsi yang lebih luas dari pada kelas Stasiun lainnya, yaitu di antaranya :
·           Melakukan unsur-usur cuaca dan iklim secara teratur dan lengkap,
·           Melakukan penyusunan program-progam penelitian tentang hubungan cuaca dan pertanian yang wilayahnya lebih luas dari  pada stasiun wilayah tipe atau daerah iklim tertentu.
·           Menentukan dan mengatur percobaan serta pengamatan stasiun Meteorologi pertanian kelas I berdasarkan program penelitian yang sedang dilakukakan.
·           Membantu intansi-intansi lain dalam menentukan kebijaksanaan untuk pembangunan pertanian di wilayah.
·           Menyiarkan hasil pengamatan pada ,masyarakat.
·           Melayani kebutuhan masyarakat  bimbingan tentang meteorologi pertanian.

2.2.2.   Stasiun Meteorologi Pertanian Tambahan (SMPT)
Stasiun ini mempunyai fungsi yang lebih sempit atau terbatas dari pada kedua tingkat kelas setasiun lainnya, yaitu hanya meliputi :
a.              Melakukan pengamatan unsur-unsur cuaca dan iklim secara teratur yang ditentukan oleh stasiun pertanian kelas I.
b.             Melakukan pengamatan yang sangat terbatas di bidang pengamatan.

2.2.3.      Stasiun Meteorologi Pertanian Biasa (SPMB)
            Stasiun ini mempunyai tugas dan fungsi yang lebih luas dari stasiun kelas yang lainnya meliputi :
a.              Melakukan pengamatan unsur-unsur cuaca dan iklim secara teratur dan lengkap.
b.             Melaksanakan percobaan yang telah ditentukan oleh stasiun meteorologi pertanian kelas satu.
c.              Menyediakan data bagi  masyarakat setempat.
d.             Mengatur pengamatan yang telah dilakukan oleh stasiun meteorologi pertanian kelas

2.3.       Iklim Sebagai Kebutuhan Pokok
Prakiraan cuaca di sektor pertanian kini telah menjadi kebutuhan utama, bukan hanya bibit, pupuk, dan pemberantas hama. Informasi itu bahkan menjadi acuan dalam memilih jenis bibit dan waktu tanam serta menetapkan jumlah stok bahan pangan pokok yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Prakiraan cuaca juga menjadi faktor penting di sektor pengairan atau pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) dalam kaitan dengan sistem peringatan dini ketika terjadi banjir di kawasan permukiman di bagian hilir karena curah hujan yang tinggi.
Oleh karena itu, prediksi cuaca harus bisa diandalkan dan harus disampaikan dalam waktu cepat kepada masyarakat yang berada di kawasan rawan banjir di bantaran sungai atau di daerah cekungan. Dengan begitu, evakuasi dapat dilakukan lebih awal dan kerugian material serta korban jiwa dapat dihindari.
Bila dugaan tentang datangnya awal musim, termasuk sifat hujan dan periode musim meleset jauh, dampaknya bisa berupa kerugian besar bagi petani karena gagal panen dan kelangkaan pangan. Kondisi kurang hujan tentunya akan berdampak pada berkurangnya ketersediaan air di lahan persawahan yang memerlukan kecukupan air.
Prakiraan cuaca tentang terjadinya kekeringan karena El Nino sebenarnya tidak dapat dipukul rata akan terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Karena, menurut Erna Sri Adiningsih, peneliti dari Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh Lapan, di wilayah ini dapat terjadi empat gangguan cuaca dengan pola yang berbeda.
Oleh karena itu, prakiraan cuaca di Indonesia tidak bisa diberlakukan secara umum, apalagi di negeri yang luas ini terbagi tiga tipe cuaca, yaitu ekuatorial, monsun, dan lokal. Di wilayah dengan pola cuaca tersebut, datangnya musim kemarau dan hujan sepanjang tahun akan berbeda-beda, bahkan berkebalikan.
Di masa mendatang Indonesia hendaknya mengembangkan model prakiraan cuaca sendiri. Karena, wilayah Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudra merupakan daerah yang memiliki karakteristik iklim dan cuaca yang tiada duanya di dunia.  Menurut Kepala Bidang Pemantauan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Lapan Dr Orbita Roswintiarti, pemantauan Outgoing Longwave Radiation (OLR) oleh satelit sumber daya alam dan lingkungan NOAA disimpulkan hingga Februari wilayah selatan Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan daerah kepala burung Papua masih mendapat banyak hujan.
Namun, memasuki Maret dan April wilayah di Jawa hingga Nusa Tenggara mulai kurang hujan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya gejala El Nino dengan tingkat yang rendah. Saat ini suhu muka laut di timur Samudra Pasifik menghangat, tetapi masih di bawah satu derajat Celsius dari kondisi rata-ratanya. El Nino lemah ini diperkirakan akan bertahan hingga Agustus mendatang.
El Nino menyebabkan berkurangnya curah hujan di bagian timur Indonesia. Sementara di Samudra Hindia berlangsung Dipole Mode negatif, yang membawa uap air ke wilayah Indonesia, menyebabkan curah hujan di bagian barat Indonesia relatif tinggi.
Selain faktor El Nino dan Dipole Mode, curah hujan saat ini dipengaruhi terjadinya badai tropis Tim yang berada di selatan Pulau Jawa (barat laut Australia) dan daerah tekanan rendah di Australia bagian timur (Brisbane).
Hal itu memengaruhi distribusi hujan yang lebih banyak di Jawa dan Nusa Tenggara. "Badai tropis menarik uap air, kemudian terjadi pemampatan uap air membentuk awan, sehingga potensi hujannya menjadi besar. Di samping itu, anginnya kencang, bisa mencapai 250 kilometer per jam," ujar Mezak.
Meskipun menjadi pemicu banjir, air hujan yang jatuh di permukaan tanah yang menyebabkan banjir tidak selalu disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Daya dukung lingkungan yang paling menentukan kerawanan banjir maupun longsor.
Kepala Bidang Informasi Meteorologi BMG Endro Santoso mengemukakan, prospek cuaca dalam pekan ini (hingga 31 Januari), distribusi hujan diperkirakan akan terkonsentrasi di sebagian wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan bagian selatan, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Khusus untuk wilayah Jabotabek, curah hujan cenderung merata, terutama pada sore dan malam hari hingga pagi hari, dengan intensitas ringan hingga lebat. Ini terutama terjadi di wilayah Bogor, Bekasi, Jakarta bagian selatan, Jakarta bagian barat, dan Jakarta bagian utara.
2.4.        Klasifikasi Iklim
              2.4.1. Klasifikasi Iklim Menurut Mohr
Mohr merupakan salah seorang ahli iklim yang pernah malakukan penelitian di Bogor. Dari hasil penelitian tersebut, Mohr mendapatkan suatu hubungan antara penguapan dan curah hujan, lalu di buat suatu rumus atau formasi yaitu:
V: C +Fr
Dimana:
V: penguapan bulanan(mm)
C: tetapan (60)
F: faktor koreksi (1/8 atau 0,125 untuk daerah bogor)
R: curah hujan bulanan (mm)
Berdasarkan hubungan tersebut, makm Mohr membagi bulan menjadi:
1.    Bulan basa (Bb), yaitu bulan drngan curah hujan diatas 100 mm
2.    Bulan kering (Bk), yaitu bulan dengan curah hujab di bawah 60 mm
3.    Bulan lembap (BI), yaitu bulan dengan curah hujan 60- 100 mm
Berdasarkan bulan basa dan bulan kering, maka Mohr menetapkan enam golongan tipe iklim yang dapat di lihat pada tabel 1.
Gol Tipe Iklim
Bulan Kering
Bulan Basa
Ia
0
12
Ib
0
6-11
II
1-2
4-11
III
3-4
4-9
IV
5-6
4-7
V
>6
2-5
Tabel 1: Golongan tipe iklim berdasarkan bulan basah dan bulan kering menurut mohr
            2.4.2 Klasifikasin Iklim Schmidt ferguson (S-F)
Menurut Schmidt ferguson, bahwa yang di katakan bulan basa (Bb) adalah bulan- bulan yang memiliki jumlah curah hujan lebih dari 100 mm, bulan kering (Bk) adalah bulan- bulan yang menpunyai jumlah curah hujan kurang dari 60 mm dan bulan lembap (BI) adalah bulan- bulan yang memiliki curah hujan antara 60- 100 mm.
Dalam menetapkan tipe iklim suatu wilayah atau daerah, maka beberapa hal yang perlu di lakukan:
1.    Menetapkan macam dan jumlah bulan (Bb, Bk, dan BI)pada setiap tahun
2.    Masing- masing Bb dan Bk dijumlahkan dalam setiap tahunnya.
3.    Dan di tentukan tife iklimnya dengan menggunakan nilai Q.
Berdasarkan nilai Q maka diproleh delapan tipe iklim (tipe iklim A-H). Seperti yang terlihat pada tabel 2.
Tipe Iklim
Nilai Q
A: sangat basah
0,0 sampai 13,3
B: basah
>13,3 sampai 33.3
C: agak basah
>33,3 sampai 60,00
D: sedang
>60,00 sampai 100,0
E: agak kering
>100,0 sampai 167,0
F: kering
>167,0 sampsai 300,0
G: sangat kering
>300,0 sampai 700,0
H: luar biasa kering
>700,0
Tabel 2: klasifikasi iklim menurut schmidt ferguson
2.4.3        Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman (O) 1977
Menurut  Oldeman bahwa (1) kebutuhan air komsutif untuk tanaman padi kurang lebih 160 mm pada musim kemarau dan 110 mm pada musim hujan, (2) curah hujan efektif pada lahan padi sawah 100% sedangkan pada lahan kering  untuk palawija 75%.
Berdasarkan hal tersebut, maka Oldeman membagi bulan menjadi:
1.    Bb (bulan basa) : bulan dengan curah hujan di atas 200 mm
2.    Bk (bulan kering) : bulan dengan curah hujan di bawah 100 mm
3.    BI (bulan lembap) : bulan dengan curah hujan antara 100- 200 mm
Menurut Oldeman penentuan zona iklim didasarkan pada jumlah bulan basah secara berturut- turut dan jumlah bulan kering berturut- turut. Berdasarkan hal tersebut, maka Oldeman membagi zonz iklim menjadi beberapa zona iklim. Zona atau tipe iklim tersebut dapat dilihat pada Tabe 3 berikut.
Zona Iklim
∑ Bb berturut- turut
∑ Bk berturut- turut
A
> 9
A1       >2
A2       2-4
B
7-9
B1       <2
B2       2-4
B3       5-6
C
5-6
C1       <2
C2       2-4
C3       5-6
C4        >6
D
3-4
D1        <2
D2        2-4
D3        5-6
D4         >6
E
< 3
E1        < 2
E2        2-4
E3        5-6
E4       >6

Tabel 3: klasifikasi iklim menurut oldeman

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
PERALATAN YANG DIMILIKI OLEH STASIUN KLIMATOLOGI KELAS SATU MAROS
3.1. HASIL
A.    SANGKAR METEOROLOGI
            Sangkar meteorologi dipasang dalam taman alat yang berbentuk seperti terlihat pada gambar. Dalam sangkar meteorologi dipasang alat-alat seperti:
Gambar: temometer yang terdapat dalam sangkar meteorologi
a. termometer bola kering(kiri),
b. termometer bola basah(kanan),
c. termometer maximum(atas),
d. termometer minimum(bawah), dan ;
e. evaporimeter jenis piche.
           
Gambar. Sangakar meteorologi
bentuk sangkar dan pemasangannya
            Sangkar meteorologi dibuat dari kayu yang kuat sehingga tahan terhadap cuaca. Sangkar dicat putih agar tidak banyak menyerap panas matahari. Sangkar dengan tinggi 120 cm dipasang diatas tanah berumput pendek yang terletak paling dekat dua kali (sebaiknya 4 kali) tinggi benda yang berada disekitarnya. Pondasi beton pada keempat kakinya agar kuat sehingga tidak goyang saat terjadi angin kencang.Pada dinding sangkar dibuat kisi-kisi yang memungkinkan terjadinya aliran udara sehingga temperatur dan kelembaban dalam sangkar mendekati atau sama dengan temperatur dan kelembaban diluar sangkar. Sangkar dipasang degan pintu yang menghadap utara selatan, sehingga alat yang ada didalamnya tidak terkena radiasi matahari secara langsung. Jika matahari berada di utara katulistiwa maka pintu yang menghadap ke selatan yang dibuka.

Kegunaan Dari Sangkar Meteorologi
            Pemasangan alat meteorologi dalam sangkar dimaksudkan agar hasil pengamatan dari tempat dan waktu yang berbeda dapat dibandingkan. Selain itu alat yang berada didalamnya terlindung dari radiasi matahari secara langsung, hujan dan debu.
B.     Penakar hujan Observatorium (OBS)
Gambar: Penakar Hujan Abservatorium(OBS)
            Panakar hujan Onservatorium merupakan penakar hujan non-recording atau tidak dapat mencatat sendiri. Penakar hujan OBS berfungsi untuk mengukur jumlah curah hujan yang jatuh pada permukaan tanah dalam periode waktu 24 jam. Jumlah curah hujan yang terukur dinyatakan dalam satuan mm. Panakar hujan OBS, pada pengamatan Agroklimat diamati tiap jam 07.00 waktu setempat, sedangkan untuk pengamatan sinoptik diamati tiap jam. Pancatatan data curah hujan hasil pengukuran dinyatakan dalam bilangan bulat. Apabila tidak ada hujan ditulis strip (-). Bila curah hujan yang terukur kurang dari 0.5 mm maka ditulis 0, jika lebih dari 0.5 ditulis 1.
Bagian-bagian Alat
Panakar hujan OBS terdiri dari lima bagian utama yaitu:
1. Corong penakar yang berbentuk lingkaran yang dapat dilepas dengan luas
100 cm persegi.
2. Tabung panampung air hujan.
3. Kran untuk mengeluarkan air
4. Penyangga
5. Gelas ukur dengan skala 0 – 25 mm.
Cara Kerja Alat
            Saat terjadi hujan, air hujan yang tercurah masuk dalam corong penakar. Air yang masuk dalam penakar dialirkan dan terkumpul di dalam tabung penampung. Pada jam-jam pengamatan air hujan yang tertampung diukur dengan menggunakan gelas ukur. Apabila jumlah curah hujan yang tertampung jumlahnya melebihi kapasitas ukur gelas ukur, maka pengukuran dilakukan beberapa kali hingga air hujan yang tertampung dapat terukur semua.

C.    Penakar hujan Otomatis Type Hellman
Gambar: penakar hujan otomatis type hallman
            Panakar hujan otomatis type Hellman merupakan penakar hujan recording atau dapat mencatat sendiri. Data yang dihasilkan hujan dengan alat ini adalah waktu (saat) terjadinya hujan (jam), periode hujan (jam), intensitas curah hujan (mm/menit atau mm/jam) dan jumlah curah hujan (mm) . Semua pengukuran tersebut untuk periode waktu 24 jam atau 1 hari. Hasil penakaran curah hujan selain dalam bentuk tampungan air hujan dalam panci penampung, juga dihasilkan dalam bentuk grafik yang tercatat pada pias. Penakaran dan penggantian kertas pias dilakukan jam 07.00 waktu setempat.

Bagian-bagian Alat
Penakar hujan otomatis type Helllman terdiri dari beberapa bagian utama yaitu;
1. Corong penakar dengan luas 200 cm persegi.
2. Tabung dengan pelampung yang dihubungkan dengan pena.
3. Jam pemutar dan kertas pias.
4. Pipa siphon untuk menentukan batas ketinggian air pada tabung pelampung
10 mm.
5. Panci penampung air hujan
6. Body penakar.

Cara Kerja Alat
            Saat terjadi hujan, air hujan yang tercurah masuk dalam corong penakar. Air yang masuk dalam corong penakar dialirkan masuk dalam tabung pelampung. Penambahan air hujan yang masuk dalam tabung pelampung akan mengangkat pelampung yang berhubungan dengan pena ke atas. Pergerakan pena akan membentuk grafik pada pias yang diputar oleh jam pemutar, dimana sumbu X adalah waktu antara jam 07.00 hari ini sampai jam 07.00 hari esok dan sumbu Y adalah jumlah curah hujan dengan nilai 0 – 10 mm. Setelah mencapai nilai 10 mm pada pias, air yang tertampung dalam tabung pelampung dikeluarkan melalui pipa siphon dan pena turun hingga nilai 0 pada pias. Pergerakan naik turunnya pena akan terus berlangsung sampai hujan berhenti. Air yang dikeluarkan dari tabung pelampung kemudian tertampung dalam penci penampung dan pada saat penggantian pias, air yang tertampung ditakar dengan gelas ukur dan dicatat pada pias.

D.    Cup Counter Anemometer
Gambar: cup counter anemometer
            Cup Counter Anemometer merupakan alat non recording. Data yang hasilkan berupa kecepatan rata-rata angin pada ketinggian tersebut dalam satuan km/jam. Di stasiun klimatologi dipasang tiga buah Cup Counter Anemometer dengan ketinggian 0.5 meter, 2 meter dan 6 meter. Dalam pengamatan Agroklimat Cup Counter Anemometer diamati pada jam 07.00 WS, 07.30 WS, 10.00 WS, 13.30 WS, 14.00 WS, 16.00 WS, 17.30 WS dan jam 18.00 WS.

Bagian-bagian Alat
Cup Counter Anemometer terdiri dari 3 bagian yaitu
1. Tiga buah mangkok sebagai baling-baling yang dibatasi sudut 123 o
2. Counter
3. Tiang

Cara Kerja alat
Saat terjadi angin, tenaga geraknya akan memutar mangkok baling baling. Putaran
tersebut diteruskan ke counter berupa pertambahan nilai pada angka-angka counter. Tiga kali putaran penuh nilai pada counter akan bertambah sebesar 0,01. Data diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut. Kecepatan rata-rata selama periode @ jam = (pembacaan II - pembacaan I) x 1 km/jam Periode @ jam
Keterangan :
Pembacaan I : pembacaan awal periode @ jam
Pembacaan II : pembacaan akhir periode @ jam

Kegunaan alat
Kegunaan Cup Counter Anemometer yaitu mengukur kecepatan rata-rata angin pada ketinggian-ketinggian yang ditentukan.

E.     Wind Vane Dan Force Indicator
Gambar: Wind Vane Dan Force Indicator
            Wind Vane dan Force Indicator merupakan alat non recording. Wind Vane dan Force Indicator terdiri dari dua unit alat yaitu penentu arah angin Wind vane) dan penentu kecepatan angin (force indicator). Data yang dihasilkan berupa data arah angin yang dinyatakan dalam 8 arah mata angin ( North, North East, East, South East, south, South West, West dan North West) yang ditulis huruf depanya saja dari masing-masing kata dan data kecepatan angin yang dinyatakan dalam satuan meter/detik. Wind Vane dan Force Indicator dipasang pada ketinggian 6 meter. Pada pengamatan agroklimat Wind Vane dan Force diamati pada jam 07.00, 07.30, 10.00, 13.30, 14.00, 16.00, 17.30 dan jam 18.00 waktu setempat.
Bagian-bagian alat
Wind Vane dan Force Indicator terdiri dari 5 bagian utama;
1. lembar logam indikator kecepatan
2. skala kecepatan
3. Wind vane
4. Penentu arah utara (North).
Cara Kerja Alat
            Terjadinya angin akan menggerakkan lembar logam indikator kecepatan membentuk penyimpangan ke arah horisontal. Besarnya penyimpangan tersebut tergantung dari besarnya tenaga aliran udara atau hembusan angin. Pembacaan kecepatan angin yang terjadi dapat dilihat pada besarnya penyimpangan lembar logam pada skala kecepatan angin. Sedangkan arah angin dapat dibaca dari wind van dimana ujung depan (terdapat bola besi) adalah menunjukkan arah datangnya angin yang dapat diartikan sebagai arah angin.
Kegunaan alat
Alat ini digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan angin sesaat (saat pengamatan.

F.     Belford Aerovane Anemometer (tinggi 10 meter)
Gambar: belford aerovane anemometer(tinggi 10 m)
            Jenis alat ini biasa dipasang pada stasiun meteorologi. Alat ini termasuk alat non recording. Data yang dihasilkan berupa data kecepatan angin dalam satuan knot (mil/jam) dan data arah angin yang dinyatakan dalam satuan derajad (o). Untuk pengamatan sinoptik dilakukan pengamatan setiap jam dan dilaporkan dalam berita sinop. Belford Aerovane anemometer merupakan alat elektris, dimana dalam pengoperasiannya membutuhkan daya listrik.

Bagian-bagian Alat
Belford Aerovane anemometer terdiri dari 4 bagian utama;
1. Baling-baling yang berhubungan dengan dinamo
2. Vane yang berfungsi sebagai penentu arah angin.
3. Recorder arah dan kecepatan angin.

Cara Kerja Alat
            Putaran baling-baling oleh aliran udara (angin) diteruskan untuk memutar dinamo. Putaran dinamo akan menghasilkan arus listrik. Perubahan kecepatan putar (Rpm) akan menetukan besarnya arus listrik yang dihasilkan. Perbedaan arus yang dihasilkan oleh dinamo akan diterjemahkan oleh recorder sebagai satuan-satuan kecepatan angin. Vane yang berfungsi sebagai penentu arah angin memutar badan pesawat pada porosnya dan dihubungkan dengan sincro transmiter. Adanya power suply 110 V yang melewati sincro transmiter digunakan untuk menentukan arah angin pada recorder.
Kegunaan alat
Alat ini digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan angin sesaat (saat pengamatan).


G.    Termometer Bola Kering
Termometer bola basah
Termometer bola kering


Gambar: termometer basah dan kering
            Termometer bola kering (TBK) termasuk alat non recording. Termometer bola kering terpasang dalam sangkar meteorologi. Data yang dihasilkan dinyatakan dalam o C. Dilapangan, termometer bola kering dipasang di dalam sangkar meteorologi. Untuk pengamatan Agroklimat dilakukan pada jam 07.00, 07.30, 10.00, 13.00, 13.30, 14.00, 16.00, 17.30, 18.00 waktu setempat.

Bagian-bagian alat
Termometer bola kering terdiri dari 3 bagian utama;
1.Air raksa
2.Bola temometer
3.Skala suhu

            Cara Kerja alat
            Apabila terjadi kenaikan suhu udara, kalor yang merambat dalam bola termometer akan menyebabkan air raksa memuai. Pemuaian air raksa akan mengakibatkan pertambahan volume air raksa yang ada. Pemuaian air raksa tersebut menyebabkan naiknya permukaan kolom raksa ke skala yang lebih besar. Pemukaan raksa akan bergeser0 ke skala yang lebih kecil bila terjadi penurunan suhu.
Kegunaan alat
Alat ini digunakan untuk mengukur suhu udara pada saat pengamatan.

H.    Termometer Maksimum Dan Termometer Minimum
Gambar: termometer maksimum(atas) dan termometer minimum(bawah)
            1. termometer maksimun
            Termometer maksimum digunakan untuk mengukur suhu tertinggi yang terjadi dalam periode waktu 24 jam (1 hari). Termometer maksimum termasuk alat non recording dan terpasang dalam sangkar meteorologi. Data yang dihasilkan dinyatakan dalam satuan o C. Pada pengamatan agroklimat, termometer maksimum diamati pada jam 18.00 waktu setempat. Spesifikasi dari termometer maksimum adalah terdapatnya celah sempit pada bagian antara bola termometer dan kolom raksa pada skala, untuk menghambat kembalinya air raksa yang telah masuk ke kolom raksa kembali ke bola termometer saat terjadi penyusutan oleh penurunan suhu. Termometer maksimum dipasang miring sebesar 5 o dari garis horisontal.

            Bagian-bagian alat
Termometer maksimum terdiri dari 4 bagian utama;
1. Bola termometer
2. Air raksa
3. Skala suhu
4. Celah sempit

            Cara Kerja alat
Apabila terjadi kenaikan suhu udara, kalor yang merambat dalam bola termometer akan menyebabkan air raksa memuai. Pemuaian air raksa akan mengakibatkan pertambahan volume air raksa yang ada dan menyebabkan naiknya permukaan kolom raksa ke skala yang lebih besar. Saat terjadi penurunan suhu, air raksa yang terdapat pada bola termometer akan menyusut. Akan tetapi air raksa yang telah masuk ke kolom raksa pada skala tidak bisa kembali ke bola raksa karena terhambat oleh adanya celah sempit. Sehingga dapat diketahui suhu tertinggi yang telah terjadi.

            2. Termometer Minimum
            Termometer minimum merupakan alat non recording. Alat ini digunakan untuk mengukur suhu yang terendah yang terjadi dalam periode waktu 24 jam (1 hari). Data yang dihasilkan dinyatakan dalam satuan o C. Termometer minimum terpasang dalam sangkar meteorologi. Pada pengamatan agroklimat, termeter minimum diamatai pada jam 14.00 waktu setempat. Spesifikasi dari alat ini adalah termometer minimum tidak menggunakan raksa, akan tetapi menggunakan alkohol. Alasan penggunaan alkohol adalah bahwa alkohol mempunyai titik beku yang rendah dan merupakan penghantar yang baik.

             Bagian-bagian Alat
Termometer monimum terdiri dari 4 bagian utama;
1.Bola termometer
2.Alkohol
3.Skala suhu
4.Indeks

            Cara Kerja Alat
            Saat terjadi penurunan suhu, alkohol dalam bola termometer akan menyusut. Penyusutan tersebut menyebabkan penurunan kolom alkohol pada skala dan menggeser indeks yang terdapat pada kolom alkohol ke skala yang lebih kecil. Saat terjadi kenaikan suhu, alkohol dalam bola termometer akan memuai. Pemuaian tersebut akan menaikkan permukaan alkohol dalam kolom alkohol akan tetapi kenaikan tersebut tidak mempengaruhi posisi indeks (indeks tidak bergerak ). Sehingga dapat diketahui suhu terendah yang terjadi.

I.       Termometer Tanah
  
Gambar: termometer tanah berumput dan tanah gundul
            Termometer tanah merupakan alat non recording. Kedalaman tanah yang diukur meliputi kedalaman 0 cm, 2 cm, 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100 cm. Termometer tanah terbagi dalam dua yaitu, termometer tanah gundul dan termometer tanah berumput. Termometer tanah berumput diasumsikan sebagai tanah yang bervegetasi sedangkan tanah gundul diasumsikan sebagai tanah yang tidak bervegetasi.

            Bagian-bagian Alat
Satu set termometer tanah terdiri atas
1.Enam buah termometer tanah (termometer yang didisain khusus untuk menngukur suhu tanah)
2.Lima buah besi penyangga (untuk termometer pada kedalaman 0 – 20 cm)
3.Dua buah pipa pelindung dan parafin wax (untuk termometer
pada kedalaman 50 – 100 cm).

            Cara Kerja Alat
Pinsip kerja sama dengan prinsip kerja termometer bola kering hanya sumber kalornya
berasal dari tanah.
            Kegunaan alat
Alat ini digunakan untuk mengukur suhu tanah pada beberapa kedalaman yang telah ditentukan.

J.      Piche Evaporimeter
Gambar: piche evaporimeter
            Piche evaporimeter termasuk alat non recording. Alat ini sangat bermanfaat untuk penelitian mikro klimatologi. Data yang dihasilkan dinyatakan dalam satuan milimeter. Dalam pengamatan agroklimat , alat ini diamati pada jam 07.30, 13.30 dan 18.00 waktu setempat.  
           



 Bagian-bagian alat
Piche evaporimeter terdiri dari 4 bagian utama;
1.Pipa kaca berskala
2.Kertas filter
3.Penjepit kertas filter
4.Air (aguades)
            Cara Kerja Alat
Setelah pengisian dan alat digantung (terpasang terbalik), air meresap kedalam filter. Penguapan terjadi pada permukaan kertas filter yang basah pada kedua sisinya. Penguapan yang terjadi secara terus menerus akan mengurangi volume air yang ada dalam pipa kaca berskala, sehingga permukaan air pada pipa kaca berskala akan berkurang. Besarnya penguapan diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut;
Evaporasi = V/2(R2 - r2)
keterangan :
R : jari-jari filter (cm2 )
.r : jari-jari mulut pipa (cm2 )
V : volume air yang menguap (cm3 )
            Kegunaan alat
Piche evaporimeter terpasang dalam sangkar meteorologi digunakan untuk mengukur penguapan secara relatif ,maksudnya adalah alat ini tak dapat mengukur secara langsung evaporasi ataupun evapotranspirasi yang sesungguhnya terjadi. Lebih tepat jika dikatakan sebagai alat penngukur daya penguapan udara, terutama terhadap permukaan benda atau tumbuhan. Hasil pembacaannya sangat dipengaruhi oleh angin, iklim dan debu.
K.    Open Pan (Evaporimeter Panci Terbuka)
Gambar: Open Pan (Evaporimeter Panci Terbuka)
            Open pan termasuk alat non recorder. Untuk pemasangan satu unit Open Pan biasanya dilengkapi dengan alat pendukung yaitu sebuah penakar hujan OBS dan sebuah cup counter anemometer tinggi 50 cm.

            Bagian-bagian Alat
Open pan terdiri dari 4 bagian penting;
1.Panci dari stainlees dengan diameter 122 cm dan tinggi 25.4 cm.
2.Hook Gauge (Alat pengukur tinggi permukaan air dalam panci)
3.Still Well (Tempat Hook Gauge dan sekaligus pencegah
terjadinya gelombang saat pengukuran)
4.Floating Thermometer/termometer apung (termometer
maksimum dan minimum air)

            Cara Kerja Alat
            Dengan adanya penguapan, permukaan air pada panci akan berkurang. Pengukuran dilakukan didalam still well yang terdapat lubang pada dasarnya untuk jalan masuk air. Jumlah air yang menguap dalam jangka waktu tertentu diukur menggunakan hook gauge dengan merubah letak ujung jarum sampai menyentuh permukaan air. Pengamatan dilakukang dengan mencatat hasil pengukuran perubahan tinggi air pada panci penguapan, pencatatan kecepatan angin ratarata dari cup counter anemometter serta pencatatan jumlah curah hujan dari penakar hujan OBS yang terpasang. Bila terjadi hujan dan masih mungkin dilakukan pengukuran, pengukuran tetap dilakukan dan penghitungannya menambahkan jumlah curah hujan yang terjadi dalam penghitungan selisih tinggi permukaan air, atau dirumuskan sebagai berikut;

Penguapan (selama waktu antara P1 dan P2) = ( P1 – P2 ) + H
Dimana:
P1 = Pengamatan ke1
P2 = Pengamatan ke 2
H = Jumlah curah hujan selama waktu antara P1 dan P2
Bila tida ada hujan atau hujan = 0, variabel H dapat dihilangkan.

Kegunaan alat
            Alat ini digunakan untuk mengukur daya pengupan lapisan udara dekat tanah. Penguapan dari evaporimeter tidak sama dengan penguapan suatu permukaan bumi, tetapi dapat menunjukkan perkiraan besarnya penguapan suatu permukaan bumi. Data yng dihasilkan dinyatakan dalam satuan mm.
L.     Campbel stokes

Gambar: cambel stokes
            Campbel stokes merupakan alat recording, dimana hasil pengukurannya dicatat dalam pias yang berupa jejak pembakaran oleh pemfokusan sinar matahari. Pada pengamatan agroklimat, penggantian pias (pengamatan) dilakukan jam 18.00. Pemasangan pias jam 18.00 dengan asumsi bahwa pias dipasang sebelum matahari bersinar dan diangkat setelah matahari terbenam telah terpenuhi.

            Bagian-bagian Alat
Campbel stokes terdiri dari 5 bagian utama;
1. Bola kaca pejal
1.Tempat pias dan kertas pias.
2.Busur penjepit bola kaca yang dilengkapi dengan skala derajat lintang.
3.Tiga buah skrup penyangga untuk memperoleh posisi horisontal dan arah utara yang sebenarnya.
4.Papan skala untuk membaca pias (Sun shine scale).

            Cara Kerja Alat
            Saat matahari bersinar cerah, sinar matahari yang jatuh pada bola kaca akan difokuskan dan jatuh pada kertas pias. Pemfokusan itu akan membakar kertas pias. Pergerakan matahari dari timur ke barat (karena adanya rotasi bumi), akan menggeser pembakaran pada kertas pias. Saat pengamatan (jam 18.00 waktu setempat), pias diangkat dan diganti kemudian dibaca jejak pembakarannya dengan menggunakan papan skala untuk memperoleh data lama matahari bersinar.
            Kegunaan alat
            Campbel stokes digunakan untuk mengukur lama matahari bersinar. Data yang dihasilkan dinyatakan dalam satuan jam atau persen (%).

M.   Gunbellani

Gambar: gubelani
            Gunbellani merupaka alat nonrecording. Data yang dihasilkan berupa jumlah radiasi matahari yang dinyatakan dalam satuan gram. Cal / cm2/jam. Pada pengamatan Agroklimat Gunbellani diamatai jam 07.00 waktu setempat.

            Bagian-bagian Alat
Gunbellani terdiri dari 5 bagian utama;
1. Bola kaca
2. Bola tembaga hitam (Blackned copper sphere)
3. Tabung buret
4. Aquades
5. Tempat alat (housing).
           
            Cara Kerja Alat
            Selama terjadi pancaran radiasi oleh matahari, terjadi penyerapan kalor oleh bola tembaga hitam. Panas hasil serapan tersebut digunakan untuk menguapkan aquades yang terdapat didalamnya. Uap air yang dihasilkan masuk dalam receiver. Karena terjadi perbedaan suhu antara bola tembaga hitam dengan tabung buret, uap air akan mengembun dan akhirnya mengumpul dalam dasar receiver. Pengamatan dilakukan dengan mencatat sisa air yang terdapat pada dasar receiver setelah dibalik dan mencatat jumlah air yang terkumpul pada dasar receiver setelah terjadi pengembunan selama 24 jam. Data jumlah radiasi harian dihitung dengan mencari selisih antara dua pencatatan tersebut dikalikan dengan koefisien kalibrasi atau dapat dirumuskan sebagai berikut.
Jumlah radiasi = (pembacaan II – pembacaan I ) x koefisien kalibrasi
Keterangan :
Pembacaan I : pembacaan setelah alat dibalik (tanggal hari ini)
Pembacaan II : pembacaan setelah alat teradiasi selama 24 jam (tanggal hari berikutnya). Koefisien kalibrasi alat adalah 21 gram. Cal / cm2 /jam
            Kegunaan alat
Alat ini digunakan untuk mengukur jumlah radisi harian matahari yang jatuh dipermukaan bumi.

N.    Barometer Air Raksa

Gambar: barometer air raksa
            Baormeter Air Raksa merupakan alat non recording. Pengoperasian barometer diperlukan koreksi. Koreksi yang digunakan meliputi; koreksi suhu, koreksi lintang, koreksi tinggi dan koreksi indeks. Koreksi lintang, koreksi tinggi dan koreksi indeks di-set saat kalibrasi alat berdasarkan kondisi stasiun penggunanya. Ini dilakukan karena nilai dari koreksi-koreksi tersebut nilainya tetap. Sedangkan koreksi suhu disertakan dalam penghitungan tekanan karena nilainya yang berubah-ubah setiap saat. Baormeter Air Raksa ditempatkan dalam ruangan. Ruang tempat barometer terpasang harus berventilasi bagus dan terhindar dari adanya aliran udara dalam ruang. Suhu ruangan harus dijaga agar tidak terjadfi fluktuasi perubahan suhu yang tinggi. Letak barometer harus tergantung vertikal, terhindar dari sinar lampu yang menyala terus serta terpaan sinar matahari secara langsung. Pada pengamatan Agroklimat, barometer diamati jam 07.00, 13.00, 18.00 waktu setempat. Sedangkan untuk pengamatan sinoptik diamati tiap jam.

            Bagian-bagian Alat
Termometer air raksa terdiri dari bebererapa bagian;
1.Bejana barometer
2.Air raksa
3.Tabung tembaga berskala
4.Nonius
5.Skrup penggerak nonius
6.Termometer.

            Cara Kerja Alat
            Jika terjadi kenaikan tekanan udara, maka permukaan kolom raksa dalam tabung tembaga berskala akan naik. Hal ini disebabkan kerena adanya tekanan pada raksa dibejana barometer yang berhubungan langsung dengan udara. Jika tekanan udara turun maka tekanan pada raksa dibejana barometer akan berkurang dan permukaan kolom raksa dalam tabung tembaga berskala
akan turun.
Langkah-langkah penbacaan barometer adalah sebagai berikut;
1. membaca suhu barometer
2. Nonius diatur, samapai bagian muka dan bealakang berhimpit dengan permukaan kolom air raksa.
3. Tinggi kolom air raksa dibaca.
4. Gunakan koreksi (koreksi suhu).

   Kegunaan alat
Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan udara. Data yang dihasilkan berupa tekanan udara di stasiun (QFE) dan tekanan udara di permukaan laut (QFF) dan dinyatakan dalam satuan  Mb.

O.    Heig Polum Sampler
Gambar: heig polum sampler

Sample debu
Sample ini terdiri dari 2 macam: Pilter  penutup akan berpindah secara otomatis apabila terkena air hujan. On off penutup debu diukur melalui skala sehingga sample debu yang menempel dapat mengetahui partikel-partikel yang menempel dan mengembang di udara.
 Sample air
Pada saat terjadi hujan terus menerus akan terbuka dan pada saat kering akan tertutup. Kegunaan dari alat ini adalah untuk mengetahui partikel-partikel yang mengembang dan zat-zat kimia yang telarut dalam air. Sedangkan waktu pengamatan  dilakukan sekali dalam satu pekan dan hasilnya dikirim ke laboratorium pusat di Jakarta. Pengamatan dilakukan selama 24 jam non stop.

P.     Menara Iklim
Gambar: menara iklim
Menara iklim merupakan alat yang digunakan untuk mengukur iklim di suatu daerah, dengan mempunyai 3 ketinggian yang berbeda. Ketinggian  kedua adalah 7 m dan ketinggian ketiga adalah 10 m.
Bagian-bagian alat dan fungsinya
Bagian-bagian dari alat Menara Iklim antara lain :
·           Finten Fors Indikater, untuk menentukan arah angin.
·           Windfane, untuk mengukur kecepatan angin.
·           Tiang penyangga
Kegunaan alat
Kegunaannya yaitu untuk, mengukur arah angin pada ketingian tertentu dengan ketinggian yang berbeda-beda saat pengamatan dilakukan.
b)  Cara kerja alat
Filter fors indikater berputar bila dipengaruhi oleh angin, untuk menentukan arah angin, setelah itu windfane yang mengukur kecepatan angin berproses dan menentukan angka yang merupakan hasil dari pengukuran iklim. Pengamatan dilakukan setiap jam 7, ½ 8, 10, ½ 2, 2, ½ 5, ½ 6 dan jam 6. 
Q.    Aktinograf

Gambar: aktinograf

            Berperekam atau otomatis mengukur setiap saat pada siang hari radiasi surya yang jatuh ke alat. Sensor atau yang peka bila kena sinar surya terdiri atas bimetal (dwilogam) berwarna hitam mudah menyerap radiasi surya. Panas karena radiasi yang diserap ini membuat bimetal melengkung. Besarnya lengkungan sebanding radiasi yang diterima sensor. Lengkungan ini disampaikan secara mekanis ke jarum penulis di atas pias yang berputar menurut waktu. Hasil rekaman sehari ini berbentuk grafik. Luas grafik/integral dari grafik sebanding dengan jumlah radiasi surya yang ditangkap oleh sensor selama sehari.

R.    Lysimeter
Gambar: Lynsimeter (mengukur evaporasi dan transpirai)

            Bagian- bagian Alat
1.bak bajah
2.media tanah sesuai dengan tanah sekitar,
3.mesin pengisap.
            Cara Kerja
Dengan cara memasan tiga buah alat terus memberikan tiga perlakuan yang berbeda dengan alat pertama dibiarkan di tumbuhi rumput atau tanaman liar dan alat yang kedua di bagian tengah di biarkan tumbuhi tanaman produksi dan yang satunya di biarkan tidak di tumbuhi tanaman apapun dan masing- masing dari tiga alat tersebut akan memberikan hasil yang berbeda dengan cara mengisih bak bajah dengan lima liter air kemudian di biarkan dan kemudian jam 5 sore berikutnya di ambil air resapan dengan menggunakan mesin pompa air atau mesin penyedot air untuk mengetahui hasil dari tiga alat tersebut dan mengkur dengan satuan ml(milimeter). pengamatan alat lysimeter di lakukan setiap jam 05.00 sore.
Kegunaan alat
Fungsi untuk mengkur evaporasi dan transpirasi alat ini mengkur penguapan bukan dari gengburan air tapi dari tumbuhan atau benda2 mati yg lainnya .

3.2. PEMBAHASAN
3.2.1. Kondisi alat
Kondisi alat di stusiun klimatologi kelas satu maros cukup memadai untuk memprediksi keaddan iklim di masa yang akan datang.

3.2.2. Cara kerja alat
Ada dua jenis cara kerja alat meteorologi atau klimatologi di yaitu sebagai berikut:
a)      Recording
Alat yang bersifat recording  adalah alat yang dapat mencatat dengan sendirinya secara terus menerus sejak pemasangan pias hingga penggantian pias berikutnya, diperoleh data dari minimum sampai maksimum.
b)      Non-recording
Sedangkan alat ini adalah alat yang harus dibaca pada saat-saat tertentu untuk memperoleh data, alat ini tidak dapat membaca sendiri.

3.2.3. Jumlah alat untuk bidang pertanian
Alat yang terdapat di stasiun klimatologi kelas satu maros cukup memadai untuk memprediksi keadaan iklim, alat untuk bidang pertanian juga  yang memprediksi keadaan penguapan, angin, hujan, dan lain-lain yang semuanya berpengaruh terhadap sistem pertanian.




IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
            Berdasarkan jumlah dan kondisi alat yang terdapat di stasiun klimatologi kelas satu maros, dimana dengan alat tersebut dapat diperoleh data yang dapat membantu sistem pertanian. Karena dengan data tersebut kita dapat menetukan waktu tanam yang tepat atau waktu untuk pembudidayaan suatu komoditas agar diperoleh hasil yang maksimal dan meminimalkan kerugian.

4.2. SARAN
            Agar praktikum yang dilakukan dapat dipelajari dengan baik, sebaiknya dilakukan pada saat kondisi cuaca yang baik untuk belajar, dan juga agar pembagian kelompok baiknya anggota kelompok tidak terlalu banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011.
Mado Irwan, Ir. 2006. Penuntun Praktis Penganalan  Alat-alat Agroklimatologi. Fakultas pertanian  UNISMUH. Makassar
http//www.KlimatologibanjarBaru.com/Artikel/2008/12/Aws-Automatic-Weather-Stasion/
Sub Bibang Hydrologi, 1981. Penakar Hujan Otomatis Hellman. Departemen        Perhubungan. Badan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.

http://www.klimatologibanjarbaru.com/artikel /2008/12/pengenalan-alat-alat/